ANALISIS PADUAN AL DAN CU UNTUK METERIAL CHASSIS KENDARAAN
DOI:
https://doi.org/10.34128/je.v7i1.112Keywords:
chassis, tembaga, aluminiumAbstract
Abstrak. Chassis adalah rangka yang berfungsi sebagai penopang berat kendaraan, mesin serta penumpang, chassis juga berfungsi menahan kendaraan agar tetap rigid dan tidak mengalami bending. Untuk memenuhi kebutuhan pasar global akan produk chassis dengan kualitas bahan yang bagus, tentu saja tidak terlepas dari bagaimana produk tersebut dibuat, mulai dari proses pengecoran (casting), pemanasan (heating), sampai ke peroses akhir (finishing). Pada penelitian ini Chassis dibuat dengan material Aluminium limbah yang di padukan dengan tembaga (Cu) melaui proses pengecoran. Penelitian ini dilakukan dengan paduan Al dan Cu ini dilakukan dengan uji tensile dan bending. Aluminium dileburkan pada titik leburnya dan ditambahi serbuk Cu dengan komposisi, yaitu 0%, 2% dan 4%. Hasil paduan dicetak sesuai standar material uji tensile dan bending. Berdasarkan hasil pengujian tarik dan bending dapat disimpulkan bahwa komposisi 2%Cu adalah paduan yang elestisitasnya terendah dan komposisi 3%Cu memiliki nilai modulus elastisitas tinggi.
Kata Kunci : chassis, tembaga, aluminium
Abstract. Chassis is a frame that functions as a support for vehicles, engines and passengers weight. The chassis also serves to hold the vehicle to remain rigid and not experience bending. To meet the needs of the global market for chassis products with good material quality, of course it can not be separated from how the product is made, starting from the casting process, heating to the final process (finishing). In this research, the chassis is made with aluminum waste material which is mixed with copper (Cu) through the casting process. This research was carried out with Al and Cu alloys and it was carried out by tensile and bending tests. Aluminum is melted at the melting point and added with Cu powder with a composition of 0%, 2% and 4%. Alloy results are printed according to the tensile and bending material test standards. Based on the results of tensile and bending tests it can be concluded that the composition of 2% is the lowest elasticity alloy.
Keywords :chassis, copper, aluminium.
References
[2] Hirsch, J. (2011). Aluminium in Inonovative Light-Weight Car Design. Material Transactions, Vol 52, No.5.
[3] Atmaja, G. R. (2011). Analisis Sifat Mekanik Penambahan Unsur Cu pada Coran Alumunium. Makasar: Universitas Hasanudin Makasar.
[4] Diyanto, & Ifan, R. (2015). Kekerasan Dan Struktur Mikro Komposit Allumunium yang Diperkuat Serbuk Besi yang Mengalami Perlakuan Panas. Universitas Diponegoro.
[5] Djiwo, S., & Purkuncoro, A. E. (2014). ANALISIS KEKERASAN Al-Cu DENGAN VARIASI PROSENTASE PADUAN Cu pada proses pengecoran dengan penambahan sebuk degasser. Malang: FTI – ITN Malang.
[6] Hastomo, B. (2009). Analisa pengaru sifat mekanik material terhadap distribusi tegangan pada proses deep drawing produk end cup hub body maket dengan menggunakan software abaqus 6.5-1. Surakarta: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
[7] Setyawan, S. (2006). Pengaruh Variasi Penambahan Tembaga (Cu) dan Jenis Cetakan pada Proses Pengecoran Terhadap Tingkat Kekerasan Paduan Alumunium Silikon . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
[8] Vlack, L. H. (2004). Elemen-Elemen dan Rekayasa Material Edisi Keenam. Penerbit Erlangga dengan Pusat Perbukuan Depdiknas.